All posts by admin

Manusia Terbaik

*_” Siapakah Mereka Sebaik-Baik Manusia ?! “_*

_Rasulullah ﷺ bersabda :_

1⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah orang yang *belajar Al Qur’an* dan *mengajarkannya* ” ( HR. Bukhari 5027 )_

2⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah yang *paling baik akhlaknya* ” (HR. Bukhari 6035)_

3⃣ _”Sebaik-baik kalian adalah yg *paling baik* dalam *membayar* ( *mengembalikan hutang* ) (HR. Bukhari 2305)_

4⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah orang *paling bisa diharapkan kebaikannya* dan *aman dari keburukannya* ” (HR. Tirmidzi 2263)_

5⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah yg *paling baik terhadap istrinya* ” (HR. Ibnu Hibban : 4177)_

6⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau *memberi makan* (kepada orang lain) dan *mau menjawab salam*” (Shahih Al Jami’ 3318)_

7⃣ _” Sebaik-baik kalian adalah yang *paling baik dalam meluaskan tempat* ( bagi orang masuk dalam shof) *dalam sholat*.” (Targhib wa Tarhib 1/234)_

8⃣ _” Sebaik-baik manusia adalah orang yg *panjang umurnya* dan *baik amal perbuatannya*.” (Shahih al Jami’ 3297)_

9⃣ _” Sebaik-baik manusia adalah yg *paling bermanfaat bagi orang lain*.” (Shahih al Jami’ 3289)_

1⃣0⃣ _” Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah *sebaik-baik kalian terhadap sahabatnya*, Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah *yg terbaik* diantara kalian *terhadap tetangga*.” (Shahih Adabul Mufrod : 84)_

1⃣1⃣ _” Sebaik-baik manusia adalah orang yg memiliki *hati yg makhmum* dan *lisan yg shodiq /jujur*.” Para sahabat bertanya : Lisan yg jujur kami paham, maka apa yg dimaksud dg hati yg makhmum? Beliau bersabda : ” Adalah orang yg memiliki *hati yg bersih* dan *bertaqwa*, tidak ada dosa padanya dan *tidak menantang*, serta *tidak ada rasa benci* dan *tidak ada rasa iri dengki* ” (Shahih al Jami’ 3201)_

_” Semoga Allah ta’ala menjadikan saya dan antum semua menjadi orang yg terbaik. “_

_Copas dr tulisan :_
_*Ustadz Muhammad Na’im, Lc*

Harta Dunia Hanya Titipan Nya

Hidup itu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Orang memuji *MILIKKU*,
aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA …

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.

Dan kalau bukan milikku,
apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?

Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja …_
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*….

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,

_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak *KEMISKINAN*,_
Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.

Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*,
harus berjalan seperti penyelesaian matematika
dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …

Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan *DIA* seolah _Mitra Dagang_ ku
dan bukan sebagai *Kekasih!*

Kuminta *DIA* membalas _perlakuan baikku_
dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …

Padahal setiap hari kuucapkan,
*_Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU

Mulai hari ini,
ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan
dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendakMU saja ya *ALLAH* …

Sebab aku yakin….
*ENGKAU* akan memberikan anugerah dalam hidupku …
*KEHENDAKMU* adalah yang ter *BAIK* bagiku ..

Ketika aku ingin hidup *KAYA*,
aku lupa,
bahwa *HIDUP* itu sendiri
adalah sebuah *KEKAYAAN*.

Ketika aku berat utk *MEMBERI*,
aku lupa,
bahwa *SEMUA* yang aku miliki
juga adalah *PEMBERIAN*.

Ketika aku ingin jadi yang *TERKUAT*,
….aku lupa,
bahwa dalam *KELEMAHAN*,
Tuhan memberikan aku *KEKUATAN*.

Ketika aku takut *Rugi*,
Aku lupa,
bahwa *HIDUPKU* adalah
sebuah *KEBERUNTUNGAN*,
kerana *AnugerahNYA.*

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu *BERSYUKUR* kepada *NYA*

Bukan karena hari ini *INDAH* kita *BAHAGIA*.
Tetapi karena kita *BAHAGIA*,
maka hari ini menjadi *INDAH*.

Bukan karena tak ada *RINTANGAN* kita menjadi *OPTIMIS*.
Tetapi karena kita optimis, *RINTANGAN* akan menjadi tak terasa.

Bukan karena *MUDAH* kita *YAKIN BISA*.
Tetapi karena kita *YAKIN BISA*.!
semuanya menjadi *MUDAH*.

Bukan karena semua *BAIK* kita *TERSENYUM*.
Tetapi karena kita *TERSENYUM*, maka semua menjadi *BAIK*,

Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar,
cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK*
yang dapat dilalui orang,

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
cukuplah menjadi *LENTERA*
yang dapat menerangi sekitar kita

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,
maka *BERDO’ALAH UNTUK KEBAIKAN SERIAP ORANG

Puisi terakhir WS RENDRA, 2009 saat dekat ajal.

Arti Trah

Trah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Trah

Trah adalah sekelompok individu yang saling memiliki hubungan kekerabatan (silsilah) satu-sama lain. Terdapat suatu buku/catatan silsilah yang biasanya menjadi rujukan untuk menunjukkan hubungan kekerabatan itu. Hubungan kekerabatan ini kadang-kadang tidak hanya bersifat biologis tetapi juga sosial, dalam arti ada anggota yang diangkat (karena adanya perkawinan kedua atau adopsi, umpamanya) walaupun tidak terkait secara biologi.

Dalam masyarakat aristokrat, trah erat berkaitan dengan istilah dinasti atau wangsa. Dalam masyarakat timur yang mengutamakan kebersamaan, seperti yang dipraktekkan oleh sebagian suku bangsa di Indonesia, anggota trah seringkali mengorganisasikan diri untuk mempererat hubungan personal di antara mereka. Dalam masyarakat Jawa, sering kali alasan yang dipakai adalah agar mereka tidak saling melupakan satu sama lain (kepatèn obor).

Membuat Website Dengan WordPress

Membuat Website Dengan WordPress

WordPress adalah salah satu tool untuk membuat website.
Wordpress bersifat free software.
Dengan WordPress kita dengan mudah mengganti theme website tanpa harus mengubah isi website.
Wordpress juga didukung oleh berbagai macam plugin.
Instal plugin sesuai dengan kebutuhan website yang dibuat.
Misalnya visitor counter, visitor map, website content protect, dan sebagainya.

Untuk membuat website dengan wordpress cukup mudah.
Bisa membuka account di wordpress.com yang gratisan, atau bisa juga menyewa domain dan hosting untuk diinstall aplikasi WordPress. Saya membuat website dengan wordpress dengan sewa domain dan hosting. Di provider hosting yang saya sewa, di dalam cpanel atau spanel sudah dilengkapi fitur pilihan install WordPress. Tinggal klik instal, ikuti petunjuknya, buat account WordPress-nya, selesai. Tinggal cek masuk ke account WordPress yang telah dibuat. Selanjutnya terserah anda, mau dibuat dengan theme seperti apa. Mau diisi konten seperti apa, mau diinstal plugin yang mana.

Kalau ada yang gratisan di wordpress.com, kenapa harus sewa domain dan hosting sendiri?
Diantara perbedaannya adalah di website dengan domain dan hosting sewa sendiri bisa membuat animasi gambar gif bisa bergerak. Maaf kalau salah, karena saya belum mencoba yang di wordpress.com, tapi baru baca artikel.

Silahkan mencoba sendiri.

Bekasi, 21 April 2012

Komputer Lemot

Assalamu’alaikum,

Setahu saya, komputer lemot bisa disebabkan beberapa faktor.
Misalnya :
1. Hardware sudah mulai turun fungsinya (hampir rusak/disfungsi). Di kantor kami pernah kejadian beberapa komputer yang sudah lama, umur pemakaian sekitar 10 tahun mengalami hal ini, dan akhirnya sama sekali tidak bisa start up. Dan pilihan kami mengganti dengan komputer baru, dengan pertimbangan kalau diperbaiki belum tentu hasilnya optimal, dan juga life time “sudah waktunya ganti”, kalau pun bisa diperbaiki kemungkinan rusak lagi dalam waktu yang tidak lama (ada pengalaman).
2. Karena kebanyakan “beban” sofware yang diinstal. Spec komputer semakin tinggi, performance kerjanya juga semakin baik. Namun jika “beban” sofware yang diinstal semakin banyak/semakin besar, maka performance komputer menjadi turun. Komputer yang baru diinstal/reinstall OS-nya akan terasa lebih fresh, lebih cepat kerjanya. Spec yang tinggi saja kalau overload bisa turun performance, apalagi yang spec rendah dan diinstal software yang berat, bisa super lemot, hehe.
3. Karena adanya serangan virus komputer. Virus komputer bermacam-macam. Sebagian dampak dari beberapa virus adalah komputer menjadi lemot. Jika lemot dikarenakan virus dan tidak bisa dibersihkan dengan tool antivirus, jurus pamungkasnya yaitu OS diinstal ulang.

Mungkin contoh 3 hal tersebut bisa menyelesaikan masalah komputer lemot yang ada.

Pemilihan OS juga mempengaruhi kinerja komputer.
Komputer jenis netbook (prosesor intel atom dan sejenisnya) yang memiliki spec rendah, sebaiknya diinstal dengan OS yang sesuai/OS yang ringan, yang memang dibuat untuk tujuan netbook.
Saya sudah mencoba beberapa OS open source untuk instal di netbook.
Misalnya : Ubuntu, Lubuntu, Xubuntu, Easy Peasy, Blankon, Igos Nusantara, Linuxmint.
Bagi yang sudah terbiasa dengan OS Windows yang berbayar itu (misalnya tuntutan kerja di kantor harus pakai Windows), saya merekomendasikan untuk instal linuxmint untuk diinstal pada netbook. Karena selain ringan, tampilannya mirip dengan Windows XP. Selain itu saat instalasi juga lancar tidak ada masalah (instal dengan media bootable USB).
Sebenarnya ingin juga merekomendasikan Blankon dan Igos Nusantara. Karena keduanya adalah distro linux yang dikembangkan oleh anak bangsa. Blankon dikembangkan oleh komunitas yang termasuk di dalamnya Pak Rusmanto, yang ketua KPLI. Sedangkan Igos Nusantara dikembangkan oleh LIPI (dibiayai negara dalam pengembangannya).
Namun sepertinya Igos Nusantara cocok untuk yang jenis desktop atau notebook, bukan untuk spec rendah seperti netbook. Silahkan coba sendiri.

Semoga bermanfaat,

Bekasi, 21 April 2012.
Kuswadi

Menggapai Rezeki Allah

Menggapai Rezeki Allah

Sesungguhnya Allah yang memberikan rezeki seluruh makhluk-Nya, baik yang kecil maupun yang besar termasuk manusia didalamnya. Tidak ada satu pun makhluk yang terlewat dari mendapatkan rezeki dari-Nya dan semua itu tidak akan pernah mengurangi kekayaan-Nya sedikit pun, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud : 6)

Setiap manusia tidak perlu merasa khawatir akan rezekinya karena itu semua sudah ditetapkan Allah swt ketika dirinya masih berupa janin didalam perut ibunya. Allah swt telah menentukan dan membatasi rezeki seseorang dan tidak akan pernah diambil oleh orang lain.

Seandainya setiap manusia menyadari akan hal ini tentulah hatinya akan merasa tenang terhadap rezekinya. Dengan demikian tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk mencarinya dengan cara-cara yang tidak dihalalkan, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”… Bertakwalah kepada Allah dan perindahlah didalam mencari (rezeki). Janganlah keterlambatan rezeki menjadikanmu mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah.

Sesungguhnya Allah tidaklah memberikan apa yang ada disisi-Nya kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Hakim dan yang lainnya dengan lafazh yang sejenis)

Allah membentangkan rezeki seluruh makhluk-Nya dan menentukan kadar atau ukuran yang diterima masing-masing mereka, sebagaimana firman-Nya :

اللّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاء وَيَقَدِرُ وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ

Artinya : “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar Ra’du : 26)

Allah yang melapang atau menyempitkan, mengangkat atau merendahkan, memberikan dan menahan rezeki seseorang. Dia mengayakan dan mencukupkan rezeki siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia juga memiskinkan dan tidak memberikan kecukupan rezeki siapa saja yang dikehendaki-Nya dan semua itu berjalan atas hikmah dan keadilan-Nya. Dia Maha Mengetahui siapa-siapa yang berhak mendapatkan kelebihan rezeki dan menjadi kaya dan siapa-siapa yang berhak atas kekurangan rezeki dan menjadi faqir. Adanya orang-orang miskin dan adanya orang-orang fakir adalah sunatullah didalam kehidupan manusia demi keberlangsungan kehidupan itu sendiri, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf : 32)

Artinya : “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al An’am : 165)

Sesungguhnya dilebihkannya rezeki seseorang bukanlah berarti bahwa orang itu lebih dimuliakan dan diutamakan oleh Allah swt dari orang yang tidak mendapatkan kelebihan rezeki. Betapa kita telah menyaksikan banyak orang-orang musyrik, kafir para pelaku kemaksiatan yang memiliki harta banyak bahkan melimpah sementara tidak sedikit orang-orang shaleh yang tidak memiliki banyak harta bahkan hidup dengan penuh kekurangan harta benda atau miskin.

Dan tidak jarang semakin bertambah kekufuran dan kemaksiatan orang-orang kafir justru semakin ditambah harta benda dan kenikmatan dunianya oleh Allah swt hingga sampai batas yang telah ditentukan kemudian Allah timpakan kepada mereka adzab-Nya, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am : 44)

Jika didalam permasalahan harta benda ini seseorang melihat kepada orang lain yang lebih kaya maka tidak akan pernah menghasilkan sifat syukur kepada Sang Pemberi nikmat dan yang ada justru kekufuran, berprasangka buruk kepada-Nya dan menyesali berbagai amal shaleh yang telah dilakukannya karena beranggapan bahwa itu semua tidak memberikan perubahan apa-apa didalam kehidupannya.

Oleh karena itu didalam permasalahan ini hendaklah seseorang melihat kepada orang yang lebih kekurangan dari dirinya, sebagaimana hadits Rasulullah saw,”Lihatlah orang yang lebih dibawah dari kalian dan janganlah kalian melihat orang yang lebih diatas dari kalian sementara ia adalah orang yang berhak. Dan janganlah kalian menghinakan nikmat Allah kepada kalian.” (HR. Muslim)

Rasa syukur atas segala nikmat Allah yang diberikan kepadanya betapa pun kecilnya merupakan sarana mendapat keredhoan-Nya dan menjadikan orang itu berhak untuk mendapatkan tambahan rezeki dari-Nya.

Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)

Dan diantara hikmah keberadaan orang-orang kaya disamping orang-orang miskin adalah sebagai ujian bagi mereka terhadap nikmat yang diberikan kepada mereka. Allah swt ingin menguji orang yang kaya dengan kekayaan dan harta bendanya untuk kemudian menanyakan mereka tentang rasa syukurnya terhadap itu semua begitu juga dengan kefakiran yang diberikan Allah kepada seseorang adalah sebagai ujian baginya untuk kemudian menanyakannya akan kesabarannya terhadap kekurangan itu.

Tentunya kehidupan manusia berdiri diatas perbedaan, diantara perbedaan itu adalah adanya orang-orang kaya dan disisi lain adanya orang-orang miskin. Kehidupan tidak akan berjalan ketika seluruhnya adalah orang kaya atau seluruhnya adalah orang miskin. Untuk itu hubungan diantara mereka adalah hubungan yang saling membutuhkan demi menjaga keberlangsungan kehidupan di dunia.

Wallahu A’lam

Sumber:
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/menggapai-rezeki-alloh.htm

Silaturahim

Salah Kaprah Menyebut Silaturahim Dengan Silaturahmi
24 Sept 2008
Sumber:
http://hidayatnurwahid.blogdetik.com/2008/09/24/salah-kaprah/

Umat Islam Indonesia adalah umat yang suka bersilaturahim. Saling berkunjung, saling menyapa dan saling berkomunikasi. Tetapi, mengapa tetap saja selalu menghadirkan kebencian, kedengkian dan konflik, padahal silaturahmi terus dijalin banyak pihak?

Kalau boleh dikatakan penyakit, penyakit itu adalah seringkali kita keliru menggunakan istilah kata. kita keliru menggunakan istilah silaturahmi. Padahal, yang betul adalah silaturahim.

Lantas, apa bedanya silaturahmi dengan silaturahim ? padahal susunan hurufnya sama saja. Ya, memang perbedaannnya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim.

Pada dasarnya silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan rahim yakni menyambung rasa kasih sayang dan pengertian.

Itu sebabnya kebencian, kedengkian dan konflik masih saja ada meski silaturahmi terus terjalin. Sebab, yang kita sambung adalah rasa nyeri para ibu kita ketika melahirkan tadi.

…..

=================================================================

Silaturahim Dan Silaturahmi
7 Mei 2010
Sumber:
http://tausyiah275.blogsome.com/2010/05/07/silaturahim-dan-silaturahmi/

Bismillah,

Di Indonesia sering kita temui kata silaturahmi sebagai kata yg menggambarkan aktivitas hubungan antar sesama manusia. Aktivitas yg dimaksud adalah aktivitas saling mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan. Kata ini kian populer menjelang dan selama bulan Syawal, saat idul Fitri, meski kata ini juga sering digunakann dalam hal2 lainnya.

Sebenarnya bisa dibilang silaturahmi adalah sebuah salah kaprah, karena jika merujuk kepada asal katanya, bahasa Arab, maka kata yg benar adalah SILATURAHIM.

Mari kita tinjau per-kata-nya.

Silaturahmi dan silaturahim, jika merujuk pada bahasa Arab, mempunyai huruf penyusun yg sama. Yang membedakan adalah akhirannya yg otomatis akan mempengaruhi artinya.

Silah itu berarti menyambungkan. Sementara rahmi mempunyai arti rasa nyeri yg timbul (dan diderita sang ibu) pada saat melahirkan. Adapun rahim adalah kasih sayang (ingat: ALLOH SWT mempunyai sifat Ar Rahim, Yang Maha Penyayang).

Dengan demikian, silaturahim = hubungan kasih sayang, sedangkan silaturahmi = penghubung uterus (tali pusar yg menghubungkan ibu dan anak).

Semoga berguna.

=================================================================

Silaturahim Bukan Silaturahmi
25 Apr 2011
Sumber:
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/beda-silaturahim-dan-silaturahmi.htm

Kata yang benar adalah Silaturahim bukan silaturahmi sebagaimana disebutkan didalam nash-nash hadits tentangnya, diantaranya :

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ – رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ . فَقَالَ الْقَوْمُ مَالَهُ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَرَبٌ مَالَهُ » . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ ، ذَرْهَا » . قَالَ كَأَنَّهُ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ .

Dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu ‘anhu bahwa seorang laki-laki berkata; “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga.” Orang-orang pun berkata; “Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Biarkanlah urusan orang ini.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya: “Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan shalat, dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahim.” Abu Ayyub berkata; “Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya.” (HR. Bukhari)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. وَمَعْنَى قَوْلِهِ « مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». يَعْنِى زِيَادَةً فِى الْعُمُرِ.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur.” Abu Isa berkata: Ini merupakan hadits gharib melalui jalur ini

Berkaitan dengan hal ini, para ulama hadits memberikan judul pada salah satu babnya didalam kitab-kitab haditsnya dengan silaturahim, seperti : Imam Bukhori didalam Shahihnya memberikan judul “Bab Silaturahim”, Muslim didalam Shahihnya dengan judul “Bab Silaturhim wa Tahrimi Qothiatiha”, Abu Daud didalam Sunannya dengan “Bab Silaturahim” dan Tirmidzi didalam Sunannya dengan “Bab Maa Ja’a Fii Silaturahim”

Sedangkan makna Rahim dengan memfathahkan huruf Ro dan mengkasrahkan Ha, sebagaimana dikatakan al Hafizh Ibnu Hajar didalam kitabnya “Fathul Bari” digunakan untuk kaum kerabat dan mereka adalah orang-orang yang diantara sesama mereka memiliki hubungan nasab, baik mewariskannya atau tidak, baik memiliki hubungan mahram atau tidak. Namun ada juga yang mengatakan : mereka adalah para mahram saja. Namun pendapat pertama lah yang tepat karena pendapat kedua mengharuskan dikeluarkannya (tidak termasuk didalamnya) anak-anak lelaki dari paman baik dari jalur bapak atau ibu dari kalangan dzawil arham, padahal bukanlah demikian. (Fathul Bari juz XVII hal 107)

=================================================================

Makna Silaturahim
9 Sept 2010
Sumber:
http://www.eramuslim.com/ramadhan/tausyiah/makna-silaturahim.htm

Rasulullah SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim bahwa “barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menghubungkan tali silaturahim.”

Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan itu makna silaturahim sesungguhnya. Silaturahim bukan hanya ditandai dengan saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita. Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang lebih dulu menyapa saudaranya, sementara sebelumnya interaksi di antara keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda, “Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahim itu ialah menyambungkan apa yang telah putus” (HR Bukhari).

Demikian, silaturahim pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk mendatangkan kebaikan; bahkan keburukan, bila memutuskannya. Sebagaimana disabdakan oleh Rasul saw: “Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? ‘Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,’ sabda Rasulullah SAW, ‘adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahim, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan” (HR Ibnu Majah).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa “tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim.” Sudah ada balasan dari Allah bagi orang yang bersilaturahim yaitu surga, dan sebaliknya bagi orang yang memutuskan tali silaturahim yaitu neraka. Begitu besarnya balasan Allah sehingga begitu besar juga cobaan yang akan dihadapi. Dalam cobaan tersebut, hendaknya tidak mendahulukan hawa nafsu dan dendam, sehingga akan hilang balasan surga dari Allah.

Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan sesama muslim, yakni:

1.Tebarkan salam
2.Menghubungkan tali silaturahim
3.Memberi makan kepada yang membutuhkan.

Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesama, Rasulullah saw berpesan “sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan semesta alam akan menyayangimu” (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa silaturahim tidak hanya tampilan lahiriah belaka, namun harus melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi amalan lahiriah dan amalan hatinya, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat silaturahim lebih baik. Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahim kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturahim. Apalagi bila kita bersilaturahim kepada orang yang membenci kita atau seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahim yang sebenarnya.

Dalam sebuah hadis diungkapkan, “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?” tanya Rasul pada para sahabat. “Tentu saja,” jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim” (HR Bukhari Muslim).

silaturahim adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Semoga kita bisa meraih surga Nya dengan membina silaturahim antar sesama.

Lailatul Qodar

MENYONGSONG LAILATUL QADAR DENGAN I’TIKAF

Banyak orang ingin menemukan Lailatul Qadar,malam istimewa yang dikatakan Qur’an sebagai “malam yang lebih baik dari seribu bulan.” Mereka ingin menyaksikan bagaimana para malaikat dan Jibril turun ke bumi dengan izin Allah.Dengan penuh harap mereka ingin menyaksikan peristiwa yang terjadi setahun sekali itu.

Mungkinkah itu terjadi ? Menurut Nabi peristiwa itu muncul setiap bulan Ramadhan.Demikian diterangkan dalam sebuah hadist.Namun,malam ke berapa tidaklah diketahui secara pasti. Memang tanggal 17 bulan Ramadhan adalah malam saat wahyu pertama diturunkan.Tapi sebagian ulama lagi mengatakan pada malam- malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.Jadi sangat memungkinkan bagi siapa pun untuk menemukan malam kemuliaan itu pada waktu-waktu tersebut.

Bagaimana cara menemukan Lailatul Qadar ? Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Siti Aisyah: Bahkan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan Beliau SAW mengikatkan kainnya (tidak berhubungan intim) dan menghidupkan malamnya dengan ibadah serta membangunkan keluarganya.Jelasnya pada sepuluh hari terakhir itu Rasulullah SAW beri’tikaf.

Pengertian i’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.Menurut Ibnu Rajab,i’tikaf itu memutuskan hubungan dengan selain Allah dan menghubungkan diri dengan Allah terus menerus tanpa terputus.

Prilaku i’tikaf ini diikuti oleh isteri-isteri Nabi dan juga para sahabat.Setelah Beliau wafat ibadah ini tetap mereka jalankan.Sebagai sarana untuk dapat menemukan Lailatul Qadar.Para ulama yang datang kemudian juga melalukan hal yang sama.

Karena itu siapapun yang ingin menyaksikan malam kemuliaan itu harus melakukan i’tikaf.Sebagaimana yang dilakukan Nabi,para sahabat dan ahli warisnya.Maka penting sekali memahami seluk-beluk i’tikaf.

Berikut ini uraiannya:

1.I’tikaf harus dilakukan di masjid Jami’,yakni masjid yang memiliki jamaah yang besar.Hal ini agar mu’takif (orang yang beri’tikaf) tidak ketinggalan berjamaah shalat lima waktu dan sholat Jum’at.

2.I’tikaf dimulai waktu Shubuh tanggal 20 Ramadhan.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan,Rasulullah SAW,jika i’tikaf Beliau shalat fajar (Subuh).Lalu masuk ke tempat i’tikaf.

3.Selama i’tikaf,mu’takif (orang yang beri’tikaf) harus banyak melakukan shalat sunnah,membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepadaNya dengan mengucapkan istigfar,tasbih,tahmid,tahlil dan shalawat kepada Khanjeng Nabi SAW.

4.Syarat syah i’tikaf ada tiga macam,yaitu Islam,berakal sehat dan suci dari hadas besar (haid,nifas,melahirkan,keluar mani dan bersetubuh walau tak keluar mani).Jika seseorang mengalami hadas besar,maka terlebih dahulu harus melakukan mandi besar (junub),sebelum i’tikaf.Yaitu membasuh seluruh badan dengan air suci.Seseorang yang mengalami hadas besar bukan hanya tidak syah beri’tikaf tetapi juga dilarang tinggal di masjid walaupun tidak untuk i’tikaf.

5.I’tikaf masjid batal karena terjadi dua hal,yaitu bersetubuh dan keluar masjid tanpa udzur (halangan).Firman Allah SWT, “Janganlah kamu campur dengan isterimu sedangkan kamu i’tikaf dalam masjid. (QS.Al-Baqarah:187).

6.Keluar masjid untuk melakukan mandi atau buang hajad tidak membatalkan i’tikaf.Begitu pula keluar untuk berwudhu.

7.Termasuk kegiatan i’tikaf,membaca kitab-kitab tafsir dan menelaah kitab-kitab hadist.

8.Seseorang yang sedang beri’ktikaf tidak banyak bicara di masjid apalagi bicara masalah dunia.Namun bukan berarti harus membisu.Ketika ada orang bertanya dia harus menjawabnya.

Dengan uraian tersebut,tampaklah bahwa i’tikaf itu cukup berat.Bagi orang- orang yang sibuk rasanya sulit sekali melakukannya.Bahkan bagi para pilot,masinis,atau mereka yang mobilitasnya tinggi hampir mustahil melakukan i’tikaf.Karena mereka bekerja sesuai jadwal waktu yang ketat.Begitu juga seorang polisi lalu lintas tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan i’tikaf di masjid,kecuali bila dia sedang mendapat cuti panjang.

Masalahnya sekarang apakah tanpa i’tikaf Lailatul Qadar tak dapat disaksikan ? Pada prinsipnya di mana pun orang bisa menyaksikannya,tidak harus di dalam masjid.Karena peristiwa itu disaksikan bukan dengan mata lahir tapi dengan mata batin,dengan hati nurani.

Sedangkan hati nurani tidak dapat dibatasi ruang dan waktu.Yang penting hati bisa terus berkonsentrasi.Namun tentu saja hati sangat dipengaruhi penglihatan dan pendengaran.Berkonsentrasi di tempat ramai jauh lebih sulit dibandingkan jika di tempat sepi.

Barangkali inilah pentingnya i’tikaf di masjid.Karena itu Nabi SAW,para sahabat,juga para ulama hingga kini sengaja menyediakan waktu untuk itu.Memang,menyediakan waktu untuk beri’tikaf di zaman modern seperti sekarang bukan hal mudah.Sekali lagi,kesibukan duniawi seakan menjadi suatu penghalang yang sangat besar.Terutama bagi orang yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan yang menuntut disiplin waktu.Gara-gara i’tikaf orang bisa dipecat.Atau gara- gara i’tikaf orang kehilangan kesempatan mendapatkan uang untuk menafkahi keluarganya.

Namun patut juga diingat bahwa Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.Jauh lebih berharga dari uang dan perak serta emas. Jadi,bila memungkinkan,sedapat mungkin berusahalah untuk melakukan i’tikaf.

Sumber :
http://wiricsson.blogspot.com/2011/08/menyongsong-lailatul-qadar-dengan.html

Kenapa Masih Durhaka?

Sebuah Renungan.
Kenapa masih durhaka?
…………………..

Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (sehingga kamu berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah (,yang teramat Pemurah kepadamu).

Yang telah menciptakan kamu (dengan perantaraan orang tua kamu dan kakek moyang kamu,) lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu (dalam kondisi) seimbang,

dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu

Bukan hanya durhaka saja,(bukan hanya tidak mau mentaati perintah-Nya, bukan hanya terus-menerus melanggar larangan-Nya,) bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (setiap perbuatanmu),

(Malaikat) yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (setiap perbuatan),

mereka (para malaikat) mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti (taat kepada Allah) benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,

dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka (,orang-orang yang tidak taat perintah-Nya, orang-orang yang selalu melanggar larangan-Nya) benar-benar berada dalam neraka.

Mereka (orang-orang durhaka itu) masuk ke dalam (Neraka) pada hari pembalasan.

Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.

Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

……………………

Kalau sudah tahu begitu, kenapa masih durhaka kepada Allah?
Kata Pak Guru, “Intinya pada Pengendalian Diri”.
Sebentar lagi datang bulan suci Ramadhan, bulan untuk melatih “Mengendalikan Diri”.
Marhaban ya Ramadhan…..

Ketika Gelisah

Setiap penyakit ada obatnya.
Gelisah adalah salah satu penyakit hati.
Penawar yang efektif untuk mengobati penyakit hati “gelisah” yang sesuai syariat Islam adalah dengan cara mengingat Allah subhanahuwata’ala. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)