Babad Trah

Halaman ini berisi seputar Babad Trah semasa Eyang Ageng Butuh.

Ringkasan Babad Trah :

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pengging.
…..
Ki Ageng Kebo Kenanga Pengging menikah dengan kakak perempuan Ki Ageng Butuh (murid Syekh Siti Jenar pula). Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama Mas Karebet.
…..

2. Sejarah Kyai Ageng Banyubiru
…..
Wahyu Keprabhon berpindah.
Tepat waktu itu, mereka berhenti di wilayah pedukuhan Butuh, dimana Ki Ageng Butuh adalah pemimpin padukuhan dengan pangkat Bekel.
(Ingatkah anda dengan Ki Ageng Butuh? Ki Ageng Butuh adalah sahabat karib Ki Ageng Pengging. Beliau bersama Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Tingkir sempat berguru kepada Syeh Lemah Abang. Baca catatan saya KI AGENG PENGGING).
Malam itu Ki Ageng Butuh tidak dapat tidur. Beliau duduk di Pendhopo rumah. Tepat menjelang tengah malam, diatas langit nampak seberkas cahaya kebiru-biruan meluncur dari arah utara. Cahaya itu melintasi langit Butuh!
Ki Ageng Butuh terkesiap. Cahaya ini adalah Wahyu Keprabhon. Yaitu Wahyu seorang Raja. Berasal dari utara, tak lain dari Demak Bintara. Dan wahyu ini tengah berpindah tempat! Dimana wahyu ini jatuh, maka disanalah orang pilihan tersebut dapat dipastikan akan tampil menjadi seorang Raja!
Sontak Ki Ageng Butuh menghambur menuju Gedhogan ( Kandang Kuda ) dan menyambar seekor kuda. Ditengah malam buta, Ki Ageng Butuh memacu kudanya mengikuti gerak cahaya kebiru-biruan yang nampak melintas di atas langit menuju ke pinggir pedukuhan, jauh ke pinggir sungai!
Ki Ageng Butuh terus mengikuti pergerakan cahaya tersebut.
Dan tepat dipinggiran sungai, cahaya itu meluncur ke bawah dan raib! Ki Ageng terus memacu kudanya.
Dan kudanya terhenti nyalang manakala beberapa orang bersenjata tengah menghadangnya tiba-tiba!
Ki Ageng memincingkan matanya melihat ada sekitar lima orang bersenjata terhunus tengah menghalangi laju kudanya. Sejenak Ki Ageng ditanya siapakah beliau. Ki Ageng-pun memperkenalkan dirinya sebagai penguasa wilayah tersebut. Dan giliran Ki Ageng yang balik bertanya siapakah mereka.
Para penghadang Ki Ageng Butuh tak lain adalah para gerilyawan yang mengiringi Jaka Tingkir. Mereka tengah mendapat giliran jaga malam. Mendengar nama Jaka Tingkir disebut-sebut, Ki Ageng Butuh terkejut. Cepat dia meminta kepada kelima orang tersebut untuk menunjukkan dimana Jaka Tingkir kini tengah berada. Kelima orang itu nampak enggan dan curiga. Namun manakala mendengar penuturan Ki Ageng bahwa beliau melihat wahyu keprabhon jatuh ditempat itu, sontak mereka segera mengantarkan Ki Ageng Butuh ketempat dimana Jaka Tingkir tengah beristirahat.
Disaksikan kelima orang gerilyawan berikut Ki Ageng Butuh, disana sebuah kejadian yang memukau mata tengah terjadi!
Diatas kepala seorang pemuda yang tengah tertidur, nampak seberkas cahaya tengah mengambang, berwarna biru cerah. Keenam orang yang menyaksikan hal itu tercengang. Wajah sang pemuda nampak jelas terlihat tersinari cahaya tersebut.
Ki Ageng Butuh tidak sangsi lagi dengan Mas Karebet, putra sahabatnya, Ki Ageng Pengging! Pemuda yang kini tengah tertidur dengan cahaya mengambang diatas kepalanya itu adalah Mas Karebet, karena wajahnya mirip dengan Ki Ageng Pengging!
Dan Jaka Tingkir mendadak terjaga dari tidurnya! Bersamaan dengan itu, cahaya kebiru-biruan yang terang diatas kepalanya lenyap!
Jaka Tingkir terjaga karena dalam tidurnya dia mendengar suara-suara aneh tengah memanggil-manggil namanya berulang-ulang!
Begitu dia sadar, dia nampak kebingungan manakala tak jauh dari tempatnya tidur, ada enam orang tengah memperhatikannya dengan tatapan takjub!
Belum reda keheranan Jaka Tingkir, salah seorang dari enam orang yg tengah tercengang melihatnya menghambur dan memeluknya. Keheranan Jaka Tingkir semakin bertambah-tambah. Namun begitu sosok itu memperkenalkan didinya sebagai Ki Ageng Butuh, sahabat karib ayahandanya Ki Ageng Pengging, Jaka Tingkir sedikit banyak memahami situasi yg serba mengherankan tersebut.
Ki Ageng Butuh menjelaskan bahwasanya Jaka Tingkir kini telah terpilih sebagai Raja Tanah Jawa. Sesaat lalu, kala Jaka Tingkir tertidur, cahaya wahyu keprabhon telah jatuh diatas kepalanya. Jaka Tingkir kembali dicekam rasa heran. Antara percaya tidak percaya. Namun melihat keseriusan Ki Ageng Butuh, keraguan Jaka Tingkir luruh juga.
Malam itu, Ki Ageng Butuh banyak memberikan wejangan-wejangan yang sangat berguna bagi Jaka Tingkir. Satu hal yg beliau tekankan, agar Jaka Tingkir mentauladani ayahandanya Ki Ageng Pengging yang terkenal sabar dan legowo. Jika kelak Jaka Tingkir benar-benar berhasil menduduki tahta dan menjadi penguasa Tanah Jawa, sikap ini harus dikedepankan.
Menjelang pagi, Ki Ageng Butuh-pun melepas kepergian Jaka Tingkir dan rombongan dengan doa-doa keselamatan.
Rombongan Jaka Tingkir, kini melanjutkan perjalanan melalui jalur darat.

…..

Atas kebanggaannya terhadap Joko Tingkir, Sultan Trenggono menjodohkan putri keempatnya, Retno Ayu Ratu Mas Cepaka dengan Joko Tingkir atas persetujuan Sunan Kalijaga. Hal ini dikarenakan istri Sultan adalah putri anggota Wali Songo yang paling menonjol tersebut.
Joko Tingkir diberi tanah Pajang dengan gelar Hadiwijaya Adipati Pajang. Dia bangun daerah baru sebelah barat daya Dusun Butuh itu menjadi besar dan ramai. Hadiwijaya menjadi seorang adipati yang dicintai rakyatnya berkat kebijaksanaannya.
Untuk membalas budi atas jasa-jasa para gurunya, Joko Tingkir mengangkat anak-turunan gurunya menjadi bagian dari istana Pajang. Tiga murid Ki Ageng Banyubiru; Mas Manca diangkat sebagai patih dengan gelar Tumenggung Mancanegara. Ki Wila dan Ki Wuragil dijadikan sebagai bupati.
Ki Ageng Ngenis, anak bungsu Ki Ageng Selo diangkat sebagai priyayi di Lawiyan. Anak dan keponakan Ki Ageng Ngenis, Ki Pamanahan dan Ki Penjawi diangkat sebagai lurah tamtama. Ipar Ki Pamanahan, Ki Juru Martani diangkat sebagai priyayi. Sedangkan anak Pamanahan, Raden Bagus atau Sutawijaya dijadikan sebagai anak angkat Adipati Pajang dengan gelar Raden Ngabehi Loring Pasar.
Anak Ki Ageng Butuh diberi gelar Pangeran Wenang Wulan, sedangkan Ki Ageng Banyubiru dan Ki Ageng Majasta dijadikan sebagai pepunden/junjungan Pajang.
…..

3. Legenda Ki Ageng Butuh.
….. Kemudian Ki Kebo Kenanga beserta istri dan murid-muridnya yang setia mengasingkan diri meninggalkan perdikan Pengging menuju ke arah timur tepatnya di dukuh BUTUH, Desa Gedongan termasuk wilayah Sragen yang letaknya di Kecamatan Plupuh.
Ketika Ki Ageng Pengging ( Ki Kebo Kenanga ) menetap di daerah tersebut sambil melanjutkan mengajar ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu yang lain pada murid dan masyarakat setempat, sesuai dengan kesepakatan Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ia sengaja menyembunyikan jati dirinya dan berganti nama KI AGENG BUTUH.

.
.
.

Silahkan pilih sub halaman dari Babad Trah ini untuk informasi lebih lanjut.

Bagi memiliki literatur Babad Trah yang lebih lengkap, silahkan menghubungi Admin Website Trah ini.

Cikarang, 2016-11-18
Matur Nuwun.

3.7.2 [Buyut] Kuswadi
Admin Website Trah

Sugih Sedulur Jembar Rejekine